Tantrum Pada Anak, Wajar atau Tidak?



Mengatasi anak yang hobi marah-marah dan mengamuk bukan perkara yang mudah. Ledakan emosi pada anak sering dikenal dengan sebutan tantrum. Meski menguji kesabaran, penting untuk memahami jenis tantrum yang sering dilakukan anak agar sebagai orang tua dapat memahami mereka. Umumnya, tantrum terjadi pada anak berusia 15 bulan ke atas. Alih-alih rewel biasa, hal ini sebenarnya merupakan luapan emosi, sebagai imbas dari ketidakmampuan anak untuk menjelaskan apa yang diinginkan dengan kata-kata.

Tantrum menjadi masalah yang paling sering ditemui pada anak balita. Tidak jarang orangtua merasa kesulitan dalam mengatasi dan menghadapi anak yang tantrum, apalagi di depan umum.  Secara definisinya tantrum merupakan ledakan emosi yang biasanya ditandai dengan sikap anak keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, membangkang, atau marah. Ketika anak tantrum, sebagai orang tua mungkin akan frustasi dan bingung dalam menghadapinya. Tantrum juga sebagai salah satu bagian dari tahap tumbuh kembang anak. Penelitian membuktikan bahwa pada tahun 2007 dimana dipublikasikan di The Journal of Pediatrics, mengungkapkan bahwa 70 persen anak berusia 18-24 bulan mengalami tantrum.  Namun, tantrum tersebut tidak serta merta hilang pada usia 2 tahun. Bahkan, beberapa peneliti menemukan bahwa insiden tantrum tertinggi terjadi pada rentang usia 3-5 tahun. Sekitar 75 persen anak prasekolah juga masih melakukan tantrum.

Tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal karena anak sedang berusaha menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal. Umumnya, tantrum akan terjadi pada tahun kedua kehidupan anak, saat perkembangan bahasa anak usia dii mulai berkembang. Hal tersebut dikarenakan balita belum bisa mengatakan apa yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan. Akan tetapi, amukan anak cenderung berkurang seiring kemampuan bahasa yang meningkat.

Software Keuangan Sekolah

Sistem Akademik Sekolah

Tantrum sebenarnya kondisi yang normal terjadi pada anak, bahkan dapat dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan. Namun, sebagai orangtua perlu mengetahui tanda tantrum pada anak yang sudah melebihi batas. Berikut tandanya:

  • Memiliki frekuensi mengamuk yang sering.
  • Mengamuk dalam waktu yang lama.
  • Saat mengamuk, melakukan kontak fisik dengan orang lain.
  • Marah sampai melukai diri sendiri.

Tanda di atas bisa menjadi risiko gangguan emosional pada anak. Oleh sebab itu, jika sudah dirasa berlebihan dapat berkonsultasi pada dokter. Jadi, ibu tidak perlu terlalu khawatir jika Si Kecil mengalami tantrum. Daripada kesal, cobalah untuk lebih memahami mereka. Salah satunya adalah dengan cara mengenali jenis tantrum yang dilakukan anak. Sebab, meski sama-sama menangis dan mengamuk, ternyata jenis tantrum berbeda-beda. Berikut diantaranya:

1. Tantrum Manipulatif

Biasanya, tantrum manipulatif akan muncul jika keinginan anak tidak dipenuhi. Tantrum manipulatif adalah tindakan yang dilakukan oleh anak-anak ketika keinginannya tidak terpenuhi dengan baik. Ini adalah tantrum yang dibuat-buat oleh anak-anak untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya.  Perlu diingat, tantrum manipulatif tidak terjadi pada semua anak. Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan. Banyak hal yang bisa ibu lakukan untuk menghentikan anak dari kondisi tantrum. Tenangkan anak dan Ibu bisa membawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau anak dan awasi, bebaskan dia untuk melakukan apa yang dia mau untuk bisa meluapkan emosinya.

Software Keuangan Sekolah

Sistem Akademik Sekolah

Pastikan ibu atau pasangan mampu menguasai emosi agar orangtua juga bisa terlihat tetap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum. Jika anak sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak. Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan. Jika setelah kondisi ini anak masih mengalami kondisi tantrum manipulatif, salah satu cara terbaik mengurangi perilaku ini dengan mengabaikannya. Ajak anak untuk melakukan kegiatan lain yang sama menyenangkan.

2. Tantrum Frustasi

Umumnya tantrum frustasi yang terjadi disebabkan karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Anak dengan berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain. Namun tidak hanya itu, anak akan mengalami tantrum frustasi karena dipengaruhi beberapa faktor. Contohnya seperti kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.

Ada beberapa tips untuk orangtua jika anak mengalami tantrum frustasi. Dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang. Kemudian, bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa dia lakukan. Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang dia inginkan, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik. Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orangtua atau orang lain yang anak kenal. Tidak ada salahnya sesekali memberikan pujian kepada anak jika dia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Saat anak meminta pertolongan berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.

Software Keuangan Sekolah

Sistem Akademik Sekolah

Tantrum pada anak memang terkadang merepotkan. Namun, peran orangtua dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan karakter anak. Ketika menenangkan anak, sebaiknya orangtua menghindari tindakan kekerasan pada anak agar anak merasa dihargai. Orangtua adalah panutan bagi anak, jadi sebaiknya lakukan perilaku yang dapat dijadikan pelajaran untuk anak.

Related Posts

Home
Wa Admin
Search